Meskipun
keberhasilan banyak dicapai dinasti Bani/Daulah Umayyah ini, namun tidak
berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak
mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali saat dia naik tahta, yang
menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan
kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai
putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat
yang berakibat terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Ketika Yazid
naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia
kepadanya. Yazid lalu mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk
memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang
terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdulah ibn Zubair. Bersamaan
dengan itu, Syi'ah (pengikut Ali) melaksanakan konsolidasi (penggabungan)
kekuatan kembali.
Perlawanan
orang-orang Syi'ah tidak padam dengan terbunuhnya Husein. Gerakan mereka bahkan
menjadi lebih keras dan tersebar luas. Yang terterkanal diantaranya adalah
pemberontakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Mukhtar memperoleh banyak
pengikut dari kalangan kaum Mawali.. Mukhtar terbunuh dalam peperangan melawan
gerakan oposisi lainnya, yaitu gerakan Abdullah ibn Zubair.
Abdullah ibn
Zubair membina gerakan oposisinya di Makkah setelah ia menolak sumpah setia
pada Yazid. Akan tetapi, ia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai
khalifah setelah Husein ibn Ali terbunuh. Untuk mendapat dukungan Dia
menyanjung-nyanjung Husein dan menjelek-jelekkan bani Umayyah. Gerakan Abdullah
ibn Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abd al-Malik.
Hubungan
pemerintah dengan gerakan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar
bin Abdul Aziz (717-720 M). Sepeninggal Beliau, kekuasaan Bani Umayyah berada
di bawah khalifah Yazid ibn Abd al-Malik (720- 724 M). Penguasa yang satu ini
terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat.
Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada
zamannya berubah menjadi kacau.
Kerusuhan
terus berlanjut hingga masa pemerintahan Khalifah selanjutnya, Hisyam ibn Abd
al-Malik (724-743 M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang
menjadi tantangan berat untuk pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal
dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan adalah ancaman
yang sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya kekuatan baru ini, mampu
menggulingkan dinasti Umawiyah dan menggantikannya dengan dinasti baru, Bani
Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abd al-Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan
terampil. Akan tetapi, sebab gerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak
berdaya mematahkannya.
Sepeninggal
Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya
lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi.
Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang
bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah
terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.
Kebesaran
yang sudah diraih oleh Bani Umayyah selama kurang lebih 90 tahun ternyata tidak
mampu menahan kehancurannya akibat kelemahan-kelemahan internal dan semakin
kuatnya tekanan dari fihak luar. Adapun faktor-faktor yang membawa kehancuran
Bani Umayyah dapat diidentifikasikan seperti berikut ini.
Penyebab
Runtuhnya Bani Umayyah
- Ketidakcakapan para penguasa serta kejahatan perilaku mereka adalah faktor utama hancurnya kekuasaan dinasti ini. Hampir semua penguasanya lemah kecuali 5 khalifah besar bani Umayyah. Khalifah-kahalifah setelah Hisyam adalah penguasa yang tidak cakap dan bermoral jahat. Kesenangan mereka hanya berburu, meneguk anggur serta asyik mendengarkan musik dan tarian dari harem-harem istana. Para penguasa lupa mengurusi pemerintahan dan nasib rakyat, mereka malah membebani rakyatnya dengan pajak tinggi.
- Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru untuk tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
- Pertentangan keras antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok Mudariyah (Arab Utara) yang menempati Irak dan kelompok Himyariah (Arab Selatan) yang berdiam di wilayah Suriah. Di Zaman Umayyah, persaingan antaretnis itu mencapai puncaknya sebab para khalifah cenderung kepada satu fihak dan menafikan yang lainnya.
- Egoisme para pejabat pemerintahan dan terjadinya pembelotan militer. Pada biasanya para penguasa mempercayakan urusan pemerintahan kepada para pejabat istana. Pejabat istana menjalankan amanah itu untuk memuaskan ambisi dan tujuan-tujuan pribadi. Mekanisme pemerintahan itu tidak memuaskan semua pihak sehingga menimbulkan gerakan yang mengguncang stabilitas kerajaan. Hal ini dibuktikan dengan bergabungnya tentara kerajaan dengan pihak musuh.
- Perlakuan yang tidak Adil pada non-Arab (Mawali). Muslim non-Arab merasa tidak senang dengan tindakan penguasa Umayyah yang selalu membedakan mereka dengan Muslim Arab baik dari segi sosial politik atau ekonomi. Akibatnya muslim non-Arab sering melaksanakan pemberontakan dan terakhir mereka bergabung dengan gerakan Abbasiyah.
- Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab. Mereka adalah pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa taklukkan yang mendapatkan sebutan mawali. Status itu menggambarkan infeoritas di tengah-tengah keangkuhan orang-orang Arab yang mendapatkan sarana dari penguasa Umayyah. Padahal mereka bersama-sama Muslim Arab mengalami beratnya peperangan dan bahkan beberapa orang di antara mereka mencapai tingkatan yang jauh di atas rata-rata bangsa Arab. Tetapi harapan mereka untuk mendapatkan kedudukan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada mawali itu jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan tunjangan yang dibayarkan kepada orang Arab.
- Propaganda dan gerakan Syi’ah. Mereka adalah pendukung Ali yang berkembangan menjadi suatu aliran setelah tragedi Karbala. Sejak semula kelompok ini tidak mengakui pemerintahan Umayyah dan menganggap para penguasanya sebagai perampas kekuasaan. Mereka tidak pernah memaafkan kejahatan pembunuhan Ali, Hasan dan Husen. Misi dan propaganda mereka untuk membela keturunan Nabi Muhammad secara efektif berhasil menarik simpati kelompok yang tertindas.
- Kerajaan Islam pada zaman kekuasaan Bani Umayyah sudah demikian luas wilayahnya, sehingga sukar mengendalikan dan mengurus administrasi dengan baik, tambah lagi dengan sedikitnya jumlah penguasa yang berwibawa untuk dapat menguasai sepenuhnya wilayah yang luas itu.
- Latar belakang terbentuknya kedaulatan Bani Umayyah tidak dapat dilepaskan dari konflik-konflik politik. Kaum Syi’ah dan Khawarij terus berkembang menjadi gerakan oposisi yang kuat dan sewaktu-waktu dapat mengancam keutuhan kekuasaan Umayyah.
- Adanya pola hidup mewah di lingkungan istana menyebabkan anak-anak Khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa sebab perhatian penguasa pada perkembangan agama sangat kurang.
- Penindasan terus menerus pada pengikut-pengikut Ali pada khususnya, dan pada Bani Hasyim (Hasyimiyah) pada umumnya, sehingga mereka menjadi oposisi yang kuat. Kekuatan baru ini, dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abdul al- Muthalib dan memperoleh dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah dan kaum mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. Hal ini menjadi penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Propaganda dan gerakan Abbasiah.
- Propaganda kelompok Abbasiyah
secara gencar menyerang segi-segi negatif dan kelemahan-kelemahan
sepanjang pemerintahan dinasti Umayyah. Setelah propaganda mereka berhasil
memobilisasi bermacam-macam kelompok masyarakat termasuk tiga kelompok
terbesar yaitu Abbasiyah, Syi’ah dan Mawali yang dipimpin oleh Abu Abbas,
mereka berkoalisi mengadakan penyerbuan dan berakhir dengan runtuhnya
Daulah Umayyah di bawah pemerintahan khalifah terakhir Marwan Ibn
Muhammad.
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2015/11/faktor-penyebab-runtuhnya-bani-umayyah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar