Selasa, 06 November 2018

7 Alasan Islam Mudah Diterima di Indonesia dan Faktor-faktor yang Menyebabkannya



Alasan Islam mudah diterima di Indonesia karena memiliki banyak faktor-faktor yang menyebabkannya. Peranan Wali Songo dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa juga salah satu alasannya.
Maka benar apa yang dikemukakan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, “Jas Merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.”
Jika Anda bertanya Indonesia, jelas berbeda konteksnya dengan Nusantara. Sebab, Indonesia menjadi sebuah negara pada tahun 1945, sebelumnya Hindia-Belanda dan sebelumnya lagi berupa kerajaan-kerajaan.
Namun, sebagian besar wilayah Nusantara yang disatukan dalam Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk sebagai Kepala Negara dan Mahapatih Gajah Mada sebagai Kepala Pemerintahan, saat ini yang menjadi negara Indonesia.
Jadi, meski berbeda konteks (karena era dan zamannya berbeda), tetapi keduanya masih sangat relevan. Berikut 7 alasan kenapa Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yang dihimpun Islamcendekia.com dari berbagai teks dan sumber.


1. Penyebaran agama dengan konsep akulturasi, damai dan tanpa kekerasan

Proses penyebaran agama Islam yang dilakukan para leluhur, Wali Songo dan ulama terdahulu menggunakan cara-cara yang damai, tanpa kekerasan sehingga mudah diterima oleh masyarakat.
Tradisi, adat dan budaya tidak ditentang, tapi dimasuki unsur dan nilai-nilai Islami yang substantif. Sebagian ritus atau ritualnya dipertahankan, tetapi substansi, esensi dan nilainya adalah Islam.
2. Politik kedekatan dengan kekuasaan
Runtuhnya kerajaan Majapahit kemudian lahir pemerintahan baru bernama Kesultanan Demak Bintoro tidak lepas dari buah politik untuk memperluas ajaran agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Politik tidak selalu identik dengan hal negatif, tetapi menjadi sebuah cara untuk menuju cita-cita penyebaran Islam di Tanah Jawa, termasuk Nusantara. Kegagalan pendakwah terdahulu, karena mereka mengabaikan faktor politik dan kedekatan dengan kekuasaan.
Hingga ketika peran Wali Songo masuk dalam lingkaran Kerajaan Majapahit, agama Islam mulai diakui eksistensinya bersama dengan Hindu dan Buddha. Dengan peran para wali pula, Kesultanan Demak lahir sebagai tonggak sejarah meluasnya umat Islam di Nusantara.
3. Islam tidak kenal strata, kasta atau pelapisan sosial

Dalam ajaran agama Islam, yang membedakan seseorang mulia atau tidak adalah ketakwaanya, bukan kekayaan, jabatan, darah biru, atau faktor lainnya.
Selama seseorang itu bertakwa, maka dia sangat mulai di mata Tuhan. Semua orang sejajar yang dalam ritusnya diajarkan pada sholat berjamaah.
Umat Muslim boleh menjadi imam asal agamanya baik, boleh duduk berdampingan dengan siapa saja, di shaf bagian mana saja. Tidak ada pembedaan pejabat atau ningrat harus berada di depan.
Maka, saat Nusantara waktu itu mengenal kasta, maka Islam disambut oleh masyarakat luas. Nilai-nilai sosial juga sangat diajarkan dalam Islam, sehingga Islam bukan hanya menekankan hablum minallah (hubungan manusia dengan Allah), tetapi juga hablum minannas (hubungan manusia dengan manusia).
4. Ritualnya sangat sederhana dan mudah
Setiap agama memiliki ritual atau beribadah tersendiri. Ibadah Islam sangat simpel, seperti sholat untuk beribadah kepada Tuhan melalui Tuhan, zakat untuk beribadah kepada Tuhan melalui manusia, puasa yang diwajibkan pada bulan Ramadhan saja, haji kalau mampu.
5. Masuk Islam cukup 2 kalimat syahadat

Tidak ada syarat yang macam-macam untuk masuk Islam. Cukup bersyahadat dua kali dengan sepenuh keimanan, bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan kita dan Muhammad SAW adalah rasul-Nya, maka sudah masuk Islam.
6. Agama yang bertumpu pada kedamaian
Kata “Islam” artinya adalah damai, sejahtera. Maka umat Islam sesungguhnya umat yang terus menyerukan perdamaian.
Kenapa sejarahnya ada perang? Kamu harus tahu bahwa Nabi Muhammad memutuskan untuk perang melawan kaum kafir setelah 8 tahun umatnya disiksa, dianiaya, dijarah dan hak-haknya dirampas.
Sahabat Nabi pernah memprotes, kenapa Nabi tidak melawan? Nabi menjawab, menunggu perintah Allah. Setelah wahyu turun, Nabi dan umatnya baru memutuskan untuk perang.
Itupun banyak syarat dan aturan dari Nabi yang harus dilakukan selama perang. Contohnya, tidak boleh menganiaya orang tua, janda, pekerja atau petani, bahkan pedang pasukan Islam tidak boleh menebas pohon sekalipun.
Sungguh luar biasa ajaran beliau Rasulullah SAW. Kalau banyak Muslim yang saat ini “bersumbu pendek”, gampang marah dan mudah mengkafirkan orang lain, tentu mereka tidak sejalan dengan nilai-nilai yang ajarkan Islam. Cobalah belajar sejarah.
7. Aturan dalam Islam tidak memaksa dan fleksibel
Umat Islam memang diwajibkan, tetapi juga dimudahkan dalam kondisi dan konteks tertentu. Misalnya, ibadah haji sesungguhnya wajib karena menjadi syarat.
Namun, umat Muslim diperbolehkan tidak melaksanakan haji jika tidak mampu, baik dalam hal keuangan-finansial maupun kesehatan.
Contoh lain, orang boleh membatalkan puasa wajib jika berhalangan, mungkin karena kesehatan atau lainnya. Sholat lima waktu juga boleh dijamak bila dalam perjalanan jauh lebih dari 90 kilometer.
Bahkan, tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam. Hal itu tercantum dalam Al Quran Surat Al Baqarah 256.
Kok zaman Nabi SAW sampai ada perang? Bukankah itu paksaan? Anda harus jeli membaca sejarah. Nabi berperang bukan karena memaksa umat lain untuk masuk Islam.
Namun, Nabi memerangi kaum kafir yang sejak awal memerangi orang-orang yang masuk Islam. Banyak masyarakat Arab saat itu yang simpatik dengan ajaran Nabi SAW kemudian masuk Islam, tapi dilarang keras oleh masyarakat.
Bahkan, setelah menjadi pemimpin, Nabi tidak memaksa orang untuk masuk Islam. Malahan, beliau membuat piagam Madinah untuk mengatur kemajemukan Mekah dan Madinah, Yahudi dan Nasrani bisa hidup berdampingan.
Alasan Islam mudah diterima di Indonesia dan faktor-daktor yang menyebabkan lainnya mungkin sangat banyak. Namun, sebagian besar kami melihatnya karena 7 hal itu. Semoga bermanfaat.
Sumber : Islam Cendikia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar