Alasan
Islam mudah diterima di Indonesia karena
memiliki banyak faktor-faktor yang menyebabkannya. Peranan Wali Songo dalam
penyebaran Islam di Pulau Jawa juga salah satu alasannya.
Maka
benar apa yang dikemukakan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, “Jas
Merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.”
Jika
Anda bertanya Indonesia, jelas berbeda konteksnya dengan Nusantara. Sebab,
Indonesia menjadi sebuah negara pada tahun 1945, sebelumnya Hindia-Belanda dan
sebelumnya lagi berupa kerajaan-kerajaan.
Namun,
sebagian besar wilayah Nusantara yang disatukan dalam Kerajaan Majapahit di
bawah kepemimpinan Hayam Wuruk sebagai Kepala Negara dan Mahapatih Gajah Mada
sebagai Kepala Pemerintahan, saat ini yang menjadi negara Indonesia.
Jadi,
meski berbeda konteks (karena era dan zamannya berbeda), tetapi keduanya masih
sangat relevan. Berikut 7 alasan kenapa Islam mudah diterima oleh masyarakat
Indonesia yang dihimpun Islamcendekia.com dari
berbagai teks dan sumber.
1.
Penyebaran agama dengan konsep akulturasi, damai dan tanpa kekerasan
Proses penyebaran agama Islam yang dilakukan para leluhur, Wali Songo dan ulama
terdahulu menggunakan cara-cara yang damai, tanpa kekerasan sehingga mudah
diterima oleh masyarakat.
Tradisi,
adat dan budaya tidak ditentang, tapi dimasuki unsur dan nilai-nilai Islami
yang substantif. Sebagian ritus atau ritualnya dipertahankan, tetapi substansi,
esensi dan nilainya adalah Islam.
2.
Politik kedekatan dengan kekuasaan
Runtuhnya kerajaan Majapahit kemudian lahir pemerintahan baru bernama
Kesultanan Demak Bintoro tidak lepas dari buah politik untuk memperluas ajaran
agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Politik
tidak selalu identik dengan hal negatif, tetapi menjadi sebuah cara untuk
menuju cita-cita penyebaran Islam di Tanah Jawa, termasuk Nusantara. Kegagalan
pendakwah terdahulu, karena mereka mengabaikan faktor politik dan kedekatan
dengan kekuasaan.
Hingga
ketika peran Wali Songo masuk dalam lingkaran Kerajaan Majapahit, agama Islam
mulai diakui eksistensinya bersama dengan Hindu dan Buddha. Dengan peran para
wali pula, Kesultanan Demak lahir sebagai tonggak sejarah meluasnya umat Islam
di Nusantara.
3.
Islam tidak kenal strata, kasta atau pelapisan sosial
Dalam ajaran agama Islam, yang membedakan seseorang mulia atau tidak adalah ketakwaanya, bukan kekayaan, jabatan, darah biru, atau faktor lainnya.
Selama
seseorang itu bertakwa, maka dia sangat mulai di mata Tuhan. Semua orang
sejajar yang dalam ritusnya diajarkan pada sholat berjamaah.
Umat
Muslim boleh menjadi imam asal agamanya baik, boleh duduk berdampingan dengan
siapa saja, di shaf bagian mana saja. Tidak ada pembedaan pejabat atau ningrat
harus berada di depan.
Maka,
saat Nusantara waktu itu mengenal kasta, maka Islam disambut oleh masyarakat
luas. Nilai-nilai sosial juga sangat diajarkan dalam Islam, sehingga Islam
bukan hanya menekankan hablum minallah (hubungan manusia dengan Allah), tetapi
juga hablum minannas (hubungan manusia dengan manusia).
4.
Ritualnya sangat sederhana dan mudah
Setiap
agama memiliki ritual atau beribadah tersendiri. Ibadah Islam sangat simpel,
seperti sholat untuk beribadah kepada Tuhan melalui Tuhan, zakat untuk
beribadah kepada Tuhan melalui manusia, puasa yang diwajibkan pada bulan
Ramadhan saja, haji kalau mampu.
5.
Masuk Islam cukup 2 kalimat syahadat
Tidak ada syarat yang macam-macam untuk masuk Islam. Cukup bersyahadat dua kali dengan sepenuh keimanan, bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan kita dan Muhammad SAW adalah rasul-Nya, maka sudah masuk Islam.
6.
Agama yang bertumpu pada kedamaian
Kata “Islam” artinya adalah damai, sejahtera. Maka umat Islam sesungguhnya umat
yang terus menyerukan perdamaian.
Kenapa
sejarahnya ada perang? Kamu harus tahu bahwa Nabi Muhammad memutuskan untuk
perang melawan kaum kafir setelah 8 tahun umatnya disiksa, dianiaya, dijarah
dan hak-haknya dirampas.
Sahabat
Nabi pernah memprotes, kenapa Nabi tidak melawan? Nabi menjawab, menunggu
perintah Allah. Setelah wahyu turun, Nabi dan umatnya baru memutuskan untuk
perang.
Itupun
banyak syarat dan aturan dari Nabi yang harus dilakukan selama perang.
Contohnya, tidak boleh menganiaya orang tua, janda, pekerja atau petani, bahkan
pedang pasukan Islam tidak boleh menebas pohon sekalipun.
Sungguh
luar biasa ajaran beliau Rasulullah SAW. Kalau banyak Muslim yang saat ini
“bersumbu pendek”, gampang marah dan mudah mengkafirkan orang lain, tentu
mereka tidak sejalan dengan nilai-nilai yang ajarkan Islam. Cobalah belajar sejarah.
7.
Aturan dalam Islam tidak memaksa dan fleksibel
Umat Islam memang diwajibkan, tetapi juga dimudahkan dalam kondisi dan konteks
tertentu. Misalnya, ibadah haji sesungguhnya wajib karena menjadi syarat.
Namun,
umat Muslim diperbolehkan tidak melaksanakan haji jika tidak mampu, baik dalam
hal keuangan-finansial maupun kesehatan.
Contoh
lain, orang boleh membatalkan puasa wajib jika berhalangan, mungkin karena
kesehatan atau lainnya. Sholat lima waktu juga boleh dijamak bila dalam
perjalanan jauh lebih dari 90 kilometer.
Bahkan,
tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam. Hal itu tercantum dalam Al Quran
Surat Al Baqarah 256.
Kok
zaman Nabi SAW sampai ada perang? Bukankah itu paksaan? Anda harus jeli membaca
sejarah. Nabi berperang bukan karena memaksa umat lain untuk masuk Islam.
Namun,
Nabi memerangi kaum kafir yang sejak awal memerangi orang-orang yang masuk
Islam. Banyak masyarakat Arab saat itu yang simpatik dengan ajaran Nabi SAW
kemudian masuk Islam, tapi dilarang keras oleh masyarakat.
Bahkan,
setelah menjadi pemimpin, Nabi tidak memaksa orang untuk masuk Islam. Malahan,
beliau membuat piagam Madinah untuk mengatur kemajemukan Mekah dan Madinah,
Yahudi dan Nasrani bisa hidup berdampingan.
Alasan
Islam mudah diterima di Indonesia dan faktor-daktor yang menyebabkan lainnya
mungkin sangat banyak. Namun, sebagian besar kami melihatnya karena 7 hal itu.
Semoga bermanfaat.
Sumber
: Islam Cendikia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar